Panji Petualang, petualang dan penjelajah terkenal, baru-baru ini berbicara terbuka tentang perjuangannya yang sedang berlangsung melawan diabetes dan dampak signifikan yang ditimbulkannya pada kesejahteraannya. Pengungkapan kondisi kesehatan ini telah menghasilkan beberapa efek yang terlihat dalam kehidupan sehari-harinya. Mendorongnya untuk menghadapi tantangan dengan tekad dan langkah-langkah proaktif. Salah satu efek yang ia alami adalah rasa kelelahan yang meningkat. Yang mendorong Panji untuk mencari pengobatan medis alternatif sambil tetap mempertahankan semangat petualangannya.
Dalam percakapan tulus yang diadakan di Jakarta Selatan. Panji Petualang berbagi perjalanannya dalam mengelola diabetes dan berbagai langkah yang telah diambilnya untuk mendapatkan kembali vitalitasnya. “Saya memilih untuk mengikuti pengobatan konvensional dan alternatif. Karena perjuangan untuk sembuh memerlukan tekad yang bulat.” ujar Panji, menyoroti komitmennya dalam memulihkan kesehatannya.
Dampak fisik dari diabetes telah termanifestasi dalam penurunan berat badan Panji, yang cukup signifikan. “Saya kehilangan sekitar 30 kilogram dalam waktu empat bulan, dimulai dari bulan Ramadan. Dari berat awal 85-90 kilogram, sekarang saya fluktuasi antara 60-55 kilogram.” ungkap Panji. Menekankan tantangan yang telah dihadapinya akibat penyakit tersebut.
Penyakit Panji Petualang Diduga Dipengaruhi oleh Faktor Keturunan
Diagnosis diabetes yang dihadapi oleh Panji Petualang diduga dipengaruhi oleh faktor keturunan, dengan riwayat keluarga yang mengidap kondisi serupa. Ia mengungkapkan bahwa ayahnya juga pernah berjuang melawan diabetes, mengindikasikan adanya kecenderungan genetik. “Tubuh saya telah menjadi lebih kurus dengan jelas, awalnya menampilkan gejala diabetes. Ada riwayat diabetes dalam keluarga saya, yang saya warisi dari ayah saya. Kebiasaan makan saya tidak selalu ideal, akhirnya menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan penurunan kesejahteraan secara keseluruhan,” tutur Panji, mengungkapkan asal mula tantangan kesehatannya.
Sayangnya, situasi Panji semakin memburuk ketika, pada bulan Mei 2023, ia digigit oleh salah satu ular kobra peliharaannya di jari kelingking kanannya. Gigitan ular tersebut menyebabkan kulitnya melepuh dan diduga memperburuk sistem kekebalan tubuh yang sudah lemah. “Sistem kekebalan tubuh saya sudah terganggu akibat diabetes, dan gigitan ular tersebut juga memberikan dampak buruk. Dampaknya sangat drastis, karena bisa merusak jaringan dan menyebabkan tangan saya melepuh. Namun, saya bersyukur bahwa Allah telah menjaga saya,” kata Panji, mengungkapkan rasa syukurnya atas perlindungan ilahi.
Di tengah tantangan ini, Panji Petualang terus menunjukkan ketahanan dan tekad yang tak tergoyahkan untuk mendapatkan kembali kesehatan dan vitalitasnya. Komitmennya dalam mengadopsi pengobatan konvensional dan alternatif, ditambah semangatnya yang tak kenal lelah, menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ketika Panji melalui perjalanan pemulihannya, kisahnya menjadi bukti akan kekuatan tekad dan upaya untuk menjaga kesejahteraan, bahkan dalam menghadapi tantangan yang sulit.